Sunday, November 8, 2009

Dari cicak versus buaya sampai gempa di bima

"Dan Janganlah Engkau mengatakan apa yang tidak kamu ketahui" Demikianlah di wahyukan Allah dalam salah satu ayat surah Al Isra.
Ayat ini di lanjutkan dengan kalimat "Sesunngahnya Pendengaran, Pengelihatan dan hati semuanya akan di pertanyakan"

Mengapa Saya Memulai tulisan ini dengan kutipan di atas?...
Tentusaja ada hubungannya dengan dengan fenomena cecak buaya yang sekarang lagi ngetop. Bahkan ketika ini di tulis Televisi masih sedang menayangkan acara parodi cecak-buaya.

beberapa bulan terakhir, jagat persilatan negeri ini ramai dengan kasus cecak buaya. Bermula dari testimoni AA.. dan sekarang perang opini, komentar dan klarifikasi dari berbagai pihak.

Sebagai orang awam dalam banyak hal, mulai dari masalah hukum sampai masalah - masalah lainnya, sejujurnya saya merasa bingung atas duduk perkara masalah ini. Siapa sih yang benar?... siapa sih yang salah?... Dan kebingungan ini juga nampak pada banyak orang.

Semakin hari kasus ini semakin ramai. Lalu tiba-tiba banyak aksi dukung-mendukung, hujat menghujat, sangka menyangka, duga-menduga dan seterusnya.
Menrut saya,... hujat-menghujat, bukanlah tindakan yang bijaksana. Lalu kemudian dugaan-dugaan miring tentang satu pihak mencoba mengaalahkan pihak lain. Yang pasti dugaan yang sama dengan posisi berbeda juga terjadi. Hanya karena tidak di publikasi bukan berarti tidak ada.

Menyoal dengan aksi dukung - mendukung, mendukung cicak, mendukung buaya, itu bisa diterima. Bahkan masih bisa diterima jika seseorang mendukung Cecak dan Buaya sekaligus. Bukankah cecak dan buaya itu semuanya penegak hukum?.. Saya bisa saja tidak percaya akan keterlibatan petinggi KPK dalam kasus yang dituduhkan, sekaligus mendukung polisi dalam menjalankan proses hukum sesuai dengan presedur hukum yang berlaku.

Itu menurut saya. Dan terus terang, saya percaya saja terhadap polisi dan proses hukum yang terjadi. Jika memang kedua petinggi KPK tidak bersalah, biarkan proses hukum yang menyatakan tidak bersalah. Dan Kalau memang bersalah, bukan polisi yang menentukan salah atau tidak. Masalahnya, belum apa-apa kita sudah rame-rame protes dan komentar kanan kiri.

Masalah komentar, apa hak kita sih berkomentar. Apa kompetensi kita mengatakan ini begini itu begitu. Anu beguni ana begana ono begono.... Gak ada. sebagian kita gak punya cukup kompetensi untuk berbicara, tapi tetap saja berbicara. Dan Celakanya lagi sebagian dari yang bicara itu cuma tau sedikit tapi ngomongnya seperti tau semua dan bersikap pasti-pasti. Si ini Pasti begini. Si Anu pasti Bohong Si Itu pasti sengaja. Si Ini pura-Pura. Tau Apa ?... Kita ini tau apa....

Seharusnya kita berbicara dan berkomentar harus tau dahulu duduk perkara suatu masalah. Jangan asal ngomong. Seperti yang dikutip pada awal, Allah sudah mengingatkan kita untuk jangan omong sembarang. Akhirnya malah bikin pusing.
Khusus yang tau masalah, bicaranya seharusnya yang sejuk. Bukannya bicara dengan tujuan menang-menangan... Bicara lah yang menenangkan susasana. Bukan Malah menambah panas suasana. KArena anda pandai dan suara anda didengar. Apapun yang anda katakan akan memberikan reaksi yang mempengaruhi masyarakat luas. Dan anda akan di mintai pertanggung jawaban terhadam apa yang anda katakan atau apapun yang tidak anda katakan.

Di tengah kisruh Cecak VS buaya, tadi pagi negeri ini kembali diguncang dengan gempa. Meskipun tidak besar, tapi tetap saja menelan korban jiwa. Namun dengan sangat sedih harus kita menyaksikan betapa masyarakat kecil yang terkena bencana gempa ini hilang di telan dengan perseteruan cicak dan buaya.
Televisi menyiarkan kejadian gempa hanya sekilas, seolah gempa yang terjadi hanyalah sebuah kecelakaan ringan yang tidak berpengaruh apa-apa. Padahal disana di Bima dan Dompu, ratusan rumah porak - poranda terkena gempa. Dan Televisi hanya menyiarkan cecak-dan buaya. Dan kita hanya berkata dengan ringan, "Bima Kena Gempa Ya".... Ooooooh " dan hanya itu komentar kita.

No comments: